Pengertian Paragraf Deskriptif dan Contohnya dalam Karya Sastra Indonesia

Pengertian Paragraf Deskriptif dan Contohnya dalam Karya Sastra Indonesia
Definisi Paragraf Deskriptif - Apakah kamu pernah diminta untuk menulis tentang sesuatu? Misalnya gambaran tentang keadaan rumahmu, gambaran tentang sosok gurumu, atau yang lain?

Nah, yang kamu tulis tersebut termasuk dalam mengarang jenis deskriptif.

Tahukah kamu pengertian dari paragraf deskriptif? Mari kita pelajari bersama!

Baca juga: Pengertian Majas, Jenis dan Contohnya dalam Bahasa Indonesia

Pengertian Paragraf Deskriptif 

Paragraf deskriptif adalah jenis karangan yang berisi penggambaran/perincian suatu objek yang sedang dibicarakan. Pada hakikatnya paragraf jenis ini mempunyai ciri berupa penggambaran atau pelukisan objek (manusia, benda, tempat, peristiwa) yang dilihat, didengar, dan dirasakan melalui indra manusia.

Jenis-Jenis Paragraf Deskriptif 

Kita mengetahui ada tiga jenis paragraf deskriptif, yaitu spacial, pola deskripsi sudut pandang, dan pola deskripsi objek.

a. Pola Spacial (tempat) 

Pola spacial adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan atas ruang dan waktu. Dengan teratur, penulis menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya.

Uraian tentang keadaan rumah sakit dapat ditemukan dengan landasan urutan geografis (misalnya susunan ruang: dari barat ke timur atau dari utara ke selatan); deskripsi mengenai susunan kamar, keadaan sekitar rumah sakit dapat kamu gambarkan mulai dari siang, sore, hingga malam hari.

Contoh:

Pada malam hari, pemandangan rumah terlihat eksotis. Apalagi dengan cahaya lampu yang memantul dari seluruh penjuru rumah. Dari luar bangunan itu terlihat indah, mampu memberikan kehangatan bagi siapa saja yang memandangnya. Lampu-lampu taman-taman yang bersinar menambah kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat. Begitu indah.

b. Pola deskripsi sudut pandang (peristiwa) 

Pola deskripsi sudut pandang (peristiwa) adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan pada tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu. Pola sudut pandang tidak sama dengan pola spacial. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu. Untuk menggambarkan suatu tempat atau keadaan, pertama-tama penulis mengambil posisi tertentu. Kemudian, secara perlahan-lahan dan berurutan, ia mengambarkan benda demi benda yang terdapat dalam tempat itu, yakni mulai dari yang terdekat kepada terjauh.

Contoh:

Sayup-sayup terdengar kumandang azan Ashar dari masjid tua di perkampungan kumuh itu. Suara yang tak punya variasi dan monoton terdengar setiap masuk waktu salat. Suara siapa lagi, kalau bukan suara Pak Imam masjid itu, yang semua giginya telah tiada. Namun tak seorang pendengar pun tergugah atas panggilan salat itu. Kecuali, dua tiga orang tua yang menjadi jamaah tetap di sana. Memang telah demikian keadaan masyarakat di kampung itu dari waktu ke waktu. 

Nyaris tak ada perubahan. Kecuali, bangunannya yang semakin mengkhawatirkan. Dinding papannya sudah lapuk dimakan rayap. Beberapa papan telah terlepas dari tiang. Atap sengnya pun telah banyak yang bocor, sehingga tiap kali turun hujan, air mengenangi lantai. Namun tak seorang pun peduli, kecuali, Pak Imam tua itu. 

Seketika orang-orang dikejutkan sebuah jeritan histeris dari sebuah rumah gubuk yang tidak beberapa jauh dari masjid tua itu. Jeritan itu tangisan seorang perempuan yang merintih histeris. Spontan, ibu-ibu tersentak oleh suara itu, lalu meninggalkan kegiatannya dan berhamburan ke sana.

c. Pola deskripsi objek (orang/benda/binatang)

Pola deskripsi objek adalah pola pengembangan berupa pelukisan atau gambaran secara jelas dan terperinci suatu objek. Rincian tersebut dilakukan dengan lukisan bentuk fisik, atau yang dapat dilihat. Misalnya warna kulit, wajah, rambut, bentuknya, sikap, pribadi, perilaku, dan sebagainya.

Contoh: 

Ketika aku bertandang ke rumahnya pagi itu. Kurasakan kenyamanan di setiap sudut ruang. Tampak bersih dan rapi oleh sentuhan seorang wanita. Di salah satu sudut rumah kulihat bunga matahari mekar sempurna. Kelopak bunga merekah dengan warna hijau dan kuning yang memikat. Ia bergoyang menari ditiup sepoi-sepoi angina pagi.

Sudah jelaskan?

Untuk menambah wawasan kalian, silakan Anda baca penggalan kedua teks di bawah ini!

Teks 1
30 Balita Dirawat dan Satu Meninggal 

Balita penderita gizi buruk terus bertambah. Di Kabupaten Jember, Jawa Timur jumlah balita penderita gizi buruk tercatat sebanyak 30 balita sejak dua bulan terakhir, bahkan seorang penderita gizi buruk meninggal dunia dan seorang lainnya dalam kondisi kritis karena mengalami gizi buruk stadium lanjut. Faktor kemiskinan dan rendahnya kesadaran para ibu akan kesehatan bayinya menjadi penyebab terus bertambahnya kasus gizi buruk di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Sepanjang 2 bulan terakhir, Dinas Kesehatan setempat mencatat 30 bayi dan balita harus menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit dan puskesmas.

Bahkan satu balita bernama Audio Pratama yang sempat menjalani perawatan selama satu minggu di Rumah Sakit Umum Daerah Subandi meninggal dunia karena dehidrasi yang cukup parah. Rata-rata penderita gizi buruk merupakan balita dari kalangan keluarga kurang mampu. Salah satunya adalah Aditya, meski badannya terlihat gemuk, namun ternyata balita asal Kelurahan Antirongo, Jember ini menderita gizi buruk atau sudah akut. 

Hampir sekujur tubuhnya bengkak dan melepuh. Bahkan di usianya yang menginjak satu tahun, berat badannya hanya mencapai 6 kilogram, jauh dari berat ideal yang mencapai 14 kilogram. Menurut Sukasti, nenek Aditya, sejak usia 9 bulan, susu formula Aditya diganti dengan air gula karena kedua orang tuanya tidak mampu membeli susu. Menurut dokter, Aditya menderita gizi buruk stadium tinggi atau marasmus kwashiorkor. (Sumber: Kompas, 10 Februari 2008)

Teks 2
Kasus Balita Gizi Buruk Terjadi Pula di Karawang 

Seperti di sejumlah daerah lain, kasus balita bergizi buruk terjadi pula pada Rachmawati binti Siswoyo di Dusun Bojong Tugu II RT 20/04, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang. "Anak saya sudah begini sejak lahir 13 Maret 2007, karena saya tidak punya biaya untuk mengobati," kata ibu dari Rachmawati, Teliyanti (22), di Karawang, Selasa. Ia menceritakan anaknya sempat dirawat seminggu di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dengan menggunakan jasa Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin), tetapi pelayanannya tidak maksimal. 

Sesuai keterangan dokter, Rachmawati menderita paru-paru basah (bronchitis), pilek, batuk, dan sesak napas. Menurut Teliyanti, semasa di kandungan, putri sulungnya itu jarang sekali mengkonsumsi makanan bergizi sehingga berat badan tak memadai. Kondisi Rachmawati terlihat kurus kering dan tidak seperti bayi sehat pada umumnya. Sementara itu, seorang kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Dusun Bojong Tugu II Rustini (39) mengatakan, kekurangan gizi pada ibu hamil memengaruhi pertumbuhan janin. "Kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung dengan keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil," katanya. 

Mengenai penderitaan yang menimpa Rachmawati, Rustini mengaku sudah berupaya memberikan pelayanan medis ke Puskesmas kecamatan untuk mendapatkan obat-obatan gratis agar balita bergizi buruk itu dapat ditangani. (Sumber: Republika, 10 Februari 2008)

Setelah Anda baca penggalan kedua teks di atas, silakan analisis letak perbedaannya berdasarkan sudut pandang berikut ini:
  • Gaya penulisan
  • Keberpihakan penulis
  • Penyampaian berita
  • Kelengkapan berita
  • Penyajian berita
Jika sudah, silakan sampaikan dan diskusikan dengan kakak, ibu atau Guru kalian di sekolah.

Demikian sekilas informasi mengenai Pengertian Paragraf Deskriptif dan Contohnya dalam Karya Sastra Indonesia. Semoga bermanfaat, salam.

0 Response to "Pengertian Paragraf Deskriptif dan Contohnya dalam Karya Sastra Indonesia"

Silakan masukkan komentar Sobat di bawah ini. Komentar di luar topik dan menanamkan link hidup atau mati tidak akan dimunculkan. Terimakasih. Salam