Pengukuran dan Besaran Fisika Materi SMA Kelas X SMA

Pengertian Besaran, Dimensi, dan Pengukuran dalam Fisika - Dalam belajar fisika kalian akan selalu berhubungan dengan pengukuran, besaran dan satuan. Sudah tahukah kalian dengan apa yang dinamakan pengukuran, besaran dan satuan itu? Pada bab pertama fisika inilah kalian dapat belajar banyak tentang pengertian-pengertian tersebut dan harus dapat memanfaatkannya pada setiap belajar fisika.

Apakah kalian sudah mengerti apa sebenarnya mengukur itu? Apakah manfaat mengukur? Dan bagaimana caranya?
Pengukuran merupakan proses mengukur. Sedangkan mengukur didefinisikan sebagai kegiatan untuk membandingkan suatu besaran dengan besaran standart yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Dari pengertian ini dapat diturunkan pengertian berikutnya yaitu besaran dan satuan. Besaran didefinisikan sebagai segala sesuatu yang didapat dari hasil pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk angka dan satuannya.

Dari penjelasan di atas dapat terlihat bahwa pengukuran, besaran dan satuan memiliki hubungan yang erat. Ketiganya selalu berkaitan. Pengukuran merupakan kegiatan atau aktivitasnya, besaran merupakan pokok permasalahan yang diukur sedangkan satuan merupakan pembanding (pengukurnya). Sebagai contoh Anita mengukur panjang celana. Besaran yang diukur adalah panjang dan satuan yang digunakan misalnya meter.

Seberapa besarkah massa tubuh Anda, 40 kg, 60 kg, atau 80 kg? Bagaimana Anda dapat mengetahui massa Anda tersebut? Anda dapat mengetahui massa Anda tersebut dengan cara mengukur massa tubuh Anda dengan menggunakan timbangan badan. Timbangan badan atau neraca adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur massa suatu benda.

Dalam kehidupan sehari-hari, selain neraca, banyak sekali alat ukur yang dapat membantu Anda untuk mengetahui besaran yang Anda ukur. Ketika ingin mengukur tinggi badan Anda, mistar atau meteran pita dapat Anda gunakan. Ketika suhu tubuh Anda panas, Anda dapat menggunakan termometer untuk mengetahui seberapa panas suhu tubuh Anda. 

Demikian pula, ketika Anda ingin mengetahui berapa lama suatu peristiwa berlangsung, Anda dapat menggunakan jam atau stopwatch. Selain itu Anda pun dapat mengukur diameter sebuah benda dengan menggunakan jangka sorong atau mikrometer sekrup. 

Sebenarnya, masih banyak alat ukur lainnya yang dapat Anda temukan. Dapatkah Anda menyebutkan dan menggunakannya? Supaya Anda lebih memahami cara mengukur besaran Fisika, seperti massa, panjang, dan waktu, pelajarilah bab ini dengan saksama.

Dalam bidang fisika dan terapannya dikenal banyak sekali besaran dan satuannya. Misalnya panjang satuannya meter, massa satuannya kg, berat satuannya newton, kecepatan satuannya m/s dan kuat arus satuannya ampere. Pelajarilah lebih jauh tentang pengukuran, besaran dan satuan.

Baca juga: Sejarah Asal Muasal Ilmu Kimia

Sistem Pengukuran dalam Kehidupan Sehari-hari

Di depan kalian telah dijelaskan tentang apa yang dimaksud dengan pengukuran. Dalam belajar fisika tidak bisa lepas dari pengukuran. Ada tiga hal penting yang berkaitan dengan pengukuran, yaitu: pengambilan data, pengolahan data dan penggunaan alat ukur.

Ketiga hal ini dapat kalian cermati pada penjelasan berikut.

1. Pengambilan Data dan Angka Penting 

Pernahkah kalian melakukan kegiatan pengambilan data? Proses pengukuran hingga memperoleh data hasil pengukuran itulah yang dinamakan pengambilan data. Apakah hasil pengukuran dapat memperoleh nilai yang tepat?
Proses pengukuran banyak terjadi kesalahan. Kesalahan bisa terjadi dari orang yang mengukur, alat ukur atau lingkungannya. Untuk memuat semua keadaan itu maka pada hasil pengukuran dikenal ada angka pasti dan angka taksiran. Gabungan kedua angka itu disebut angka penting. Angka penting adalah angka yang didapat dari hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Nilai setiap hasil pengukuran merupakan angka penting. 
Seperti keterangan di atas angka penting terdiri dari dua bagian. Pertama angka pasti yaitu angka yang ditunjukkan pada skala alat ukur dengan nilai yang ada. Kedua angka taksiran yaitu angka hasil pengukuran yang diperoleh dengan memperkirakan nilainya. Nilai ini muncul karena yang terukur terletak diantara skala terkecil alat ukur. Dalam setiap pengukuran hanya diperbolehkan memberikan satu angka taksiran.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang tepat dapat dilakukan langkah-langkah penghindaran kesalahan. Langkah-langkah itu diantaranya seperti berikut.

a.  Memilih alat yang lebih peka 

Langkah pertama untuk melakukan pengukuran adalah memilih alat. Alat ukur suatu besaran bisa bermacam-macam. Contohnya alat ukur massa. Tentu kalian telah mengenalnya ada timbangan (untuk beras atau sejenisnya), neraca pegas, neraca O’hauss (di laboratorium) dan ada lagi neraca analitis (bisa digunakan menimbang emas). Semua alat ini memiliki kepekaan atau skala terkecil yang berbeda-beda.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih tepat maka: pertama, pilihlah alat yang lebih peka (lebih teliti). Misalnya neraca analitis memiliki ketelitian yang tinggi hingga 1 mg. Kedua, pilihlah alat yang sesuai penggunaannya (misalnya neraca analisis untuk mengukur bendabenda kecil seperti massa emas).

b.  Lakukan kalibrasi sebelum digunakan 

Kalibrasi biasa digunakan pada badan meteorologi dan geofisika. Misalnya untuk timbangan yang sudah cukup lama digunakan, perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi adalah peneraan kembali nilai-nilai pada alat ukur. Proses kalibrasi dapat juga dilakukan dalam lingkup yang kecil yaitu pada pengambilan data eksperimen di laboratorium. Sering sekali alat ukur yang digunakan memiliki keadaan awal yang tidak nol. Misalnya neraca pegas saat belum diberi beban, jarumnya sudah menunjukkan nilai tertentu (bukan nol). Keadaan alat seperti inilah yang perlu kalibrasi. Biasanya pada alat tersebut sudah ada bagian yang dapat membuat nol    (normal).

c.  Lakukan pengamatan dengan posisi yang tepat 

Lingkungan tempat pengukuran dapat mempengaruhi hasil pembacaan. Misalnya banyaknya cahaya yang masuk. Gunakan cahaya yang cukup untuk pengukuran. Setelah lingkungannya mendukung maka untuk membaca skala pengukuran perlu posisi yang tepat. Posisi pembacaan yang tepat adalah pada arah yang lurus.

d.  Tentukan angka taksiran yang tepat 

Semua hasil pengukuran merupakan angka penting. Seperti penjelasan di depan, bahwa angka penting memuat angka pasti dan satu angka taksiran. Angka taksiran inilah yang harus ditentukan dengan tepat. Lakukan pemilihan angka taksiran dengan pendekatan yang tepat. Angka taksiran ditentukan dari setengah skala terkecil. Dengan demikian angka penting juga dipengaruhi spesifikasi alat yang digunakan.

Baca juga: Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan pada Manusia - Pelajaran IPA SMP Kelas VIII

2. Pengolahan Data Pengukuran

Dalam fisika bertujuan untuk mendapatkan data. Apakah manfaat data yang diperoleh? Tentu kalian sudah mengetahui bahwa dari data tersebut dapat dipelajari sifat-sifat alam dari besaran yang sedang diukur. Dari data itu pula dapat dilakukan prediksi kejadian berikutnya.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat betapa pentingnya arti data hasil pengukuran. Namun perlu kalian ketahui bahwa untuk memenuhi pemanfaatannya data yang ada perlu dianalisa atau diolah. Metode pengolahan data sangat tergantung pada tujuan pengukuran (eksperimen) yang dilakukan.

Sebagai contoh untuk kelas X SMA ini dapat dikenalkan tiga metode analisa data seperti berikut.

a. Metode generalisasi 

Pengukuran atau yang lebih luas bereksperimen fisika di tingkat SMA ada yang bertujuan untuk memahami konsep-konsep yang ada. Misalnya mempelajari sifat-sifat massa jenis air. Untuk mengetahui sifat itu maka dapat dilakukan pengukuran kemudian datanya diolah. Pengolahan data untuk tujuan ini tidak perlu rumit, cukup dari data yang ada dibuat simpulan yang berlaku umum.Salah satu metode untuk membuat simpulan masalah seperti ini adalah metode generalisasi.

b. Metode kesebandingan 

Tujuan pengukuran (eksperimen) yang utama adalah mencari hubungan antara besaran yang satu dengan besaran yang lain. Dari hubungan antar besaran ini dapat diketahui pengaruh antar besaran dan kemudian dapat digunakan sebagai dasar dalam memprediksi kejadian berikutnya. Misalnya semakin besar massa balok besi maka semakin besar pula volume balok besi tersebut.

Untuk memenuhi tujuan pengukuran di atas maka data yang diperoleh dapat dianalisa dengan cara membandingkan atau disebut metode kesebandingan. Dalam metode kesebandingan ini sebaiknya data diolah dengan menggunakan grafik. Untuk tingkat SMA ini dapat dipelajari dua bentuk kesebandingan yaitu berbanding lurus dan berbanding terbalik. Berbanding lurus Dua besaran yang berbanding lurus (sebanding) akan mengalami kenaikan atau penurunan dengan perbandingan yang sama.

Berbanding terbalik Dua besaran akan memiliki hubungan berbanding terbalik jika besaran yang satu membesar maka besaran lain akan mengecil tetapi perkaliannya tetap.

c. Metode perhitungan statistik 

Dalam belajar fisika banyak ditemukan persamaanpersamaan, bahkan ada siswa yang mengatakan, fisika itu rumus. Apakah kalian termasuk siswa tersebut? Tentunya tidak karena kalian sudah tahu bahwa fisika tidak hanya belajar rumus tetapi bisa konsep-konsep lain tentang sifat alam. Rumus-rumus fisika merupakan bentuk singkat dari suatu konsep, hukum atau teori fisika.

Salah satu pemanfaatan rumus fisika adalah untuk perhitungan dan pengukuran suatu besaran. Besaran-besaran fisika ada yang dapat diukur langsung dengan alat ukur tetapi ada pula yang tidak dapat diukur langsung. Besaran yang belum memiliki alat ukur inilah yang dapat diukur dengan besaran-besaran lain yang punya hubungan dalam suatu perumusan fisika. Contohnya mengukur massa jenis benda.

Apakah pengukuran yang hanya dilakukan satu kali dapat memperoleh data yang akurat? Jawabnya tentu tidak. Kalian sudah mengetahui bahwa pada pengukuran banyak terjadi kesalahan. Untuk memperkecil kesalahan dapat dilakukan pengukuran berulang. Nilai besaran yang diukur dapat ditentukan dari nilai rata-ratanya. Perhitungan ini dinamakan perhitungan statistik.

Nah, dari penjelasan yang begitu panjang di atas, silakan lakukan beberapa pengamatan di bawah ini.

Amatilah tinggi badan teman Anda, apakah terlihat lebih tinggi atau lebih pendek daripada badan Anda? Anda dapat mengetahui jawabannya dengan membandingkan tinggi badan Anda dengan teman Anda. Akan tetapi, Anda akan mengalami kesulitan dalam menentukan secara tepat seberapa besar perbedaan tinggi yang ada pada Anda dan teman Anda. 

Dalam menentukan besarnya perbedaan ini, Anda tentunya membutuhkan alat bantu yang dapat memberikan solusinya dengan tepat. Dalam kasus ini, secara tidak langsung Anda telah melakukan suatu proses pengukuran. Membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah ditetapkan sebagai standar pengukuran disebut mengukur. 

Alat bantu dalam proses pengukuran disebut alat ukur. Berikut ini akan dijelaskan proses pengukuran dengan menggunakan beberapa alat ukur, antara lain alat ukur panjang (mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup), alat ukur massa, dan alat ukur waktu.

1. Alat Ukur

Ketika Anda akan melakukan pengukuran suatu besaran Fisika, dibutuhkan alat ukur untuk membantu Anda mendapatkan data hasil pengukuran. Untuk mengukur panjang suatu benda, dapat menggunakan mistar, jangka sorong, atau mikrometer ulir (sekrup). Untuk mengukur massa suatu benda dapat menggunakan timbangan atau neraca. 

Adapun untuk mengukur waktu, Anda dapat menggunakan jam atau stopwatch. Dapatkah Anda menyebutkan alat ukur lainnya selain alat ukur tersebut? 

Selain faktor alat ukur, untuk mendapatkan data hasil pengukuran yang akurat perlu juga dipertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses pengukuran, antara lain benda yang diukur, proses pengukuran, kondisi lingkungan, dan orang yang melakukan pengukuran.

a. Mistar Ukur 

Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skala ukuran, yaitu skala utama dan skala terkecil. Satuan untuk skala utama adalah sentimeter (cm) dan satuan untuk skala terkecil adalah milimeter (mm). Skala terkecil pada mistar memiliki nilai 1 milimeter, seperti yang terlihat pada Gambar 1.1. Jarak antara skala utama adalah 1 cm. 

Di antara skala utama terdapat 10 bagian skala terkecil sehingga satu skala terkecil memiliki nilai 1 cm 10 = 0,1 cm atau 1 mm. Mistar memiliki ketelitian atau ketidakpastian pengukuran sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm, yakni setengah dari nilai skala terkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut. Selain skala sentimeter (cm), terdapat juga skala lainnya pada mistar ukur. 

Tahukah Anda mengenai skala tersebut? Kapankah skala tersebut digunakan?

b. Jangka Sorong 

Pernahkah Anda melihat atau menggunakan alat ukur yang memiliki skala nonius? Salah satu alat ukur ini adalah jangka sorong. Anda dapat menggunakan alat ukur ini untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, serta kedalaman suatu benda yang akan diukur. Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang terdiri atas skala utama, skala nonius, rahang pengatur garis tengah dalam, rahang pengatur garis tengah luar, dan pengukur kedalaman.

Rahang pengatur garis tengah dalam dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian dalam sebuah benda. Adapun rahang pengatur garis tengah bagian luar dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian luar sebuah benda.

Coba Anda ukur panjang sebuah benda dengan menggunakan alat ukur ini. Ketika Anda menggunakan jangka sorong, Anda akan menemukan nilai skala terkecil pada alat ukur tersebut. Tahukah Anda apakah nilai skala terkecil itu?
Jangka Sorong
Cara Menggunakan Jangka Sorong
Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu nilai skala utama dengan jumlah skala nonius. Skala nonius jangka sorong pada Gambar 1.2, memiliki jumlah skala 20 maka skala terkecil dari jangka sorong tersebut adalah 1 mm 20 = 0,05 mm. Nilai ketidakpastian jangka sorong ini adalah setengah dari skala terkecil sehingga jika dituliskan secara matematis, diperoleh Δ= 0,5 x × 0,05 mm = 0,025 mm.

b. Mikrometer Ulir (Sekrup) 

Seperti halnya jangka sorong, mikrometer ulir (sekrup) terbagi ke dalam beberapa bagian, di antaranya landasan, poros, selubung dalam, selubung luar, roda bergerigi, kunci poros, dan bingkai (Gambar 1.3). Skala utama dan nonius terdapat dalam selubung bagian dalam dan selubung bagian luar.
Mikrometer Ulir (Sekrup)
Cara Menggunakan Mikrometer Sekrup
Selubung bagian luar adalah tempat skala nonius yang memiliki 50 bagian skala. Satu skala nonius memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketika Anda memutar selubung bagian luar sebanyak satu kali putaran penuh, akan diperoleh nilai 0,5 mm skala utama.

Jika jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur diameter benda, begitu pula dengan mikrometer sekrup. Menurut Anda, dari kedua alat ukur tersebut, manakah yang memiliki nilai keakuratan yang tinggi?

c. Stopwatch 

Pernahkah Anda mengukur,berapa lama Anda berlari? Menggunakan apakah Anda mengukurnya? Banyak sekali macam dan jenis alat ukur waktu. Salah satu contohnya adalah stopwatch. Stopwatch merupakan alat pengukur waktu yang memiliki skala utama (detik) dan skala terkecil (milidetik). 

Pada skala utama, terdapat 10 bagian skala terkecil sehingga nilai satu skala terkecil yang dimiliki oleh stopwatch analog adalah 0,1 detik. Ketelitian atau ketidakpastian Stopwatch adalah 0,05 detik. Selain stopwatch analog, terdapat juga stopwatch digital. Menurut Anda samakah pengukuran stopwatch analog dengan stopwatch digital? Manakah yang lebih akurat?

e. Neraca

Mungkin Anda pernah menimbang sebuah telur dengan menggunakan timbangan atau membandingkan massa dua buah benda, dengan menggunakan kedua tangan Anda. Dalam hal ini Anda sedang melakukan pengukuran massa. Hanya saja alat yang digunakan berbeda. Terdapat banyak macam alat ukur massa, misalnya neraca ohaus, neraca pegas, dan timbangan. 

Setiap alat ukur massa memiliki cara pengukuran yang berbeda. Cobalah Anda ukur massa sebuah benda kemudian tuliskan cara mengukurnya.

2. Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang 

Dalam melakukan pengukuran, mungkin Anda pernah merasa bahwa dengan hanya sekali mengukur, data yang diperoleh sudah memiliki tingkat ketelitian yang cukup. Akan tetapi, adakalanya pengukuran tidak dapat dilakukan hanya sekali, melainkan berulang-ulang. 

Oleh karena itu, pengukuran dibagi menjadi dua cara, yakni pengukuran tunggal dan pengukuran berulang. a. Pengukuran Tunggal 1) Pengukuran tunggal menggunakan mistar Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketelitian pengukuran mistar adalah 0,5 mm. Setiap pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian sehingga nilai ini selalu diikutsertakan dalam hasil pengukuran.

Seperti yang Anda ketahui bahwa setiap alat ukur memiliki nilai tingkat ketelitian atau ketidakpastian. Nilai ketelitian yang dimiliki oleh jangka sorong adalah setengah dari nilai skala terkecil, yakni 0,025 mm atau 0,0025 cm.

Seperti halnya pengukuran tunggal menggunakan mistar, nilai di belakang koma pada nilai ketelitian harus sama dengan nilai di belakang koma pada nilai hasil pengukuran. Oleh karena itu, panjang logam dapat ditulis kembali menjadi 2,3600 cm. Panjang hasil pengukuran secara matematis dapat ditulis: A= (2,3600 + 0,0025) cm.

Pengertian Angka Penting dan Penggunaanya dalam Pengukuran

Seperti penjelasan di depan, angka penting merupakan semua angka yang diperoleh dalam pengukuran. Namun setelah dituliskan kadang-kadang jumlah angka pentingnya jadi rancu. Contohnya panjang suatu benda terukur 3,2 cm. Nilai panjang ini dapat ditulis 0,032 m atau 320 mm. Dari penulisan ini timbul pertanyaan; berapakah jumlah angka penting panjang benda tersebut? 

Untuk mengatasi kerancuan tersebut maka kalian perlu memperhatikan hal-hal penting berikut. 

1. Penulisan angka penting bertujuan untuk mengetahui ketelitian suatu pengukuran. Contohnya pengukuran panjang benda di atas. l = 3,2 cm. Hasil ini menunjukkan bahwa pengukuran ini teliti hingga 1 desimal untuk centimeter (0,1 cm) dan angka pentingnya berjumlah 

2. Misalnya lagi suatu pengukuran yang memperoleh t = 2,50 s. Hasil ini menunjukkan bahwa ketelitian alatnya sampai dua desimal (0,01 s) sehingga perlu menuliskan nilai 0 di belakang angka 5. Berarti memiliki 3 angka penting. 2. Penulisan hasil pengukuran sebaiknya menggunakan notasi ilmiah.
Penulisan notasi ilmiah ini akan lebih bermanfaat lagi jika dilakukan perubahan satuan. Misalnya pengukuran panjang benda di atas l = 3,2 cm = 0,032 m. Perubahan satuan ini sebaiknya dalam bentuk l = 3,2.10-2 m. Penulisan ini tetap memiliki dua angka penting. Begitu pula dalam mm, l = 3,2.101 mm (2 angka penting). Dengan metode ini perubahan satuan tidak mengubah jumlah angka penting hasil pengukuran.
3. Semua angka bukan nol merupakan angka penting.

Contohnya suatu pengukuran tebal benda memperoleh nilai d = 35,28 cm berarti nilai tersebut memiliki 4 angka penting.

4. Untuk angka nol memiliki kriteria tersendiri yaitu:

a). Angka nol diantara bukan nol termasuk angka penting
b). Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka penting kecuali ada keterangan tertentu.
c). Angka nol di sebelah kiri angka bukan nol tidak termasuk angka penting.

Contohnya:  3,023 gr  =  4 angka penting 4,500 s  =  3 angka penting  0,025 cm  =  2 angka penting Mengapa kalian perlu mengetahui jumlah angka penting? Jumlah angka penting ini ternyata berkaitan erat dengan operasi angka penting. Operasi angka penting yang perlu dipelajari diantaranya penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Dalam setiap operasi ini perlu mengetahui beberapa aturan berikut.
(1) Operasi dua angka pasti hasilnya angka pasti.
(2)  Operasi yang melibatkan angka taksiran hasilnya merupakan angka taksiran.
(3) Hasil operasi angka penting hanya diperbolehkan mengandung satu angka taksiran. Jika diperoleh lebih dari dua angka taksiran maka harus dilakukan pembulatan. Angka 4 ke bawah dihilangkan dan angka 5 ke atas dibulatkan ke atas.

Penggunaan Operasi Penjumlahan dan Pengurangan Menggunakan Angka Penting

Penjumlahan dan pengurangan Operasi penjumlahan dan pengurangan angka penting memiliki cara yang sama dengan operasi aljabar biasa. Hasilnya saja yang harus memenuhi aturan angka penting diantaranya hanya memiliki satu angka taksiran.

Perkalian dan Pembagian Menggunakan Angka Penting

Bagaimana dengan operasi perkalian dan pembagian angka penting? Sudahkah kalian memahami? Ternyata aturannya juga sesuai dengan operasi penjumlahan dan pengurangan. Namun ada sifat yang menarik pada operasi ini.

Ternyata hasil akhir operasi perkalian itu memiliki jumlah angka penting yang sama dengan jumlah angka penting paling sedikit. Sifat perkalian ini akan berlaku pada operasi pembagian. Cobalah buktikan dengan membuat contoh sendiri.

Pengertian Besaran Fisika

Nah, dari penjelasan yang begitu menyenangkan di atas, mari kita lanjutkan dengan definisi besaran dan penggunaanya dalam setiap metode pengukuran.

Kalian telah belajar beberapa hal tentang pengukuran besaran, pengolahannya dan alat ukurannya, maka selanjutnya kalian perlu tahu tentang besaran dan hubungannya dengan satuan dan dimensinya. Dalam ilmu fisika setiap besaran akan memiliki satuan-satuan tertentu.

Berdasarkan satuannya tersebut, besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditentukan terlebih dahulu. Satuan besaran-besaran itu telah ditentukan sebagai acuan dari satuan besaranbesaran lain. Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang satuannya ditentukan dari penurunan satuan besaran-besaran pokok penyusunnya. 

Dalam ilmu fisika dikenal ada tujuh besaran pokok. Ketujuh besaran pokok, lambang dan satuannya dalam sistem Internasional (SI) dapat kalian lihat pada gambar di bawah ini.

Besaran Fisika
7 Besaran Pokok dalam Fisika
Satuan standart dipilih yang dapat memenuhi persamaan umum dari sifat alam, misalnya satuan suhu K ( kelvin), ternyata satuan ini dapat memenuhi perumusan sifat umum gas. Sedangkan satuan suhu lain seperti derajat celcius, reamur dan fahrenheit harus diubah ke kelvin terlebih dahulu. Sudah tahukah kalian, ada berapa banyak besaran turunan? 

Jika kalian hitung maka jumlah besaran turunan akan terus berkembang sehingga jumlahnya cukup banyak. Semua besaran selain tujuh besaran pokok tersebut termasuk besaran turunan. Contohnya kecepatan, gaya, daya dan tekanan. Satuan besaran turunan dapat diturunkan dari satuan besaran pokok penyusunnya, tetapi banyak juga yang memiliki nama lain dari satuan-satuan tersebut.

Sistem Internasional adalah metode pemberian satuan yang berlaku secara internasional. Di Indonesia, sistem SI ini sesuai dengan sistem MKS (meter, kilogram, sekon). Dalam sistem SI, satuan-satuan besaran pokok telah dibuat suatu definisi standartnya sehingga secara universal memiliki besar yang sama.

Nah, demikian sekilas informasi mengenai Pengukuran dan Besaran Fisika Materi SMA Kelas X SMA. Untuk materi selanjutnya adalah Pengertian Dimensi dan Manfaatnya dalam penggunaannya. Jika merasa ada manfaatnya dari penjelasan ini, silakan share kepada teman-teman Anda ya. Salam (*https://fisifusi.blogspot.com).