Kajian Sosiologi Masyarakat di Indonesia

Kajian Sosiologi Masyarakat di Indonesia
Kajian Sosiologi Masyarakat di Indonesia
Dalam kesempatan ini kita akan belajar mengenai kajian Sosiologi di Indonesia, yang mencakup beberapa hal, diantaranya Perkembangan sosiologi, Teori determinisme ekonomi, Sosiologi klasik, Sosiologi modern, Tujuh realitas sosial, Data kualitatif, Data kuantitatif, Metode survei, Eksperimen terkontrol, Pengamatan lapangan, Analisis isi.

Manusia selalu hidup dalam masyarakat dan berhubungan dengan manusia lain. Hubungan tersebut terjadi secara individual maupun kelompok. Hubungan manusia dengan lingkungannya menghasilkan suatu sistem kehidupan bersama yang disebut dengan masyarakat. Selain membentuk masyarakat sebagai suatu sistem sosial, hubungan antara manusia dengan lingkungannya juga menghasilkan berbagai produk yang disebut kebudayaan.

Kajian mengenai masyarakat sangat penting dilakukan, karena untuk menangani berbagai persoalan sosial harus berdasar pada informasi akurat yang hanya didapatkan lewat hasil studi sosiologi. Untuk itu, Anda akan diajak mempelajari sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungan agar memiliki kompetensi minimal dalam memahami problematika sosial di lingkungan sekitar.


Sejarah dan Perkembangan Konsep Dasar Pemikiran Sosiologi sebagai Ilmu

#1. Sejarah Perkembangan Sosiologi di Indonesia

Sosiologi Manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki akal, senantiasa berusaha mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Pada mulanya, semua pengetahuan manusia yang mencakup segala usaha pemikiran mengenai manusia dan alam sekitarnya, termasuk masyarakat menjadi satu dalam filsafat. Akan tetapi, sejalan dengan semakin kompleksnya pemikiran manusia, maka terjadilah spesialisasi.

Filsafat alam berkembang menjadi berbagai cabang ilmu, seperti astronomi, fisika, kimia, biologi, dan geologi, sedang filsafat kejiwaan dan filsafat sosial berkembang menjadi psikologi dan sosiologi. Pada saat sosiologi masih dianggap sebagai ilmu yang bernaung di dalam filsafat, dan disebut dengan nama filsafat sosial, materi yang dibahas tidak dapat dikatakan sebagai ilmu sosiologi seperti yang dikenal se-karang. Sebab, pada saat itu materi filsafat sosial masih mengandung unsur etika yang membahas tentang bagaimana seharusnya masyarakat itu ( das solen ), sedangkan sosiologi yang berkembang saat ini merupakan ilmu yang membicarakan bagaimana kenyataan yang ada dalam masyarakat ( das sein ). 

Beberapa ilmuwan yang mengembangkan filsafat sosial diantaranya adalah Plato (429–347 SM) yang membahas unsur-unsur sosiologi tentang negara dan Aristoteles (384-322 SM) yang membahas unsur-unsur sosiologi dalam hubungannya dengan etika sosial, yakni bagaimana seharusnya tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan sesama manusia ataupun dalam kehidupan sosialnya. Selain kedua ilmuwan itu, Thomas Hobbes, John Locke, dan Jean Jaques Rousseau juga ikut memberiInfososio kan bentuk pada ilmu yang kemudian disebut sosiologi, dengan pemikiran mereka tentang kontak sosial. 

Sampai awal tahun 1800-an, konsep pemikiran sosiologi belum dianggap sebagai  ilmu pengetahuan. Baru setelah Auguste Comte (1798-1857) menciptakan istilah sosiologi, pada tahun 1839 terhadap keseluruhan pengetahuan manusia mengenai kehidupan bermasyarakat, maka lahirlah sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan. Inilah yang disebut dengan tahap pemikiran awal sosiologi. Comte berpendapat bahwa tingkah laku sosial dan kejadian-kejadian di masyarakat dapat diamati dan diukur secara ilmiah. Comte dianggap sebagai ‘Bapak Sosiologi’ yang memulai kajian sosial dengan metode ilmiah. Sosiologi kemudian semakin berkembang dengan lahirnya konsep-konsep baru. 

Satu hal yang paling penting dalam sejarah perkembangan sosiologi adalah munculnya teori determinisme ekonomi yang dikembangkan oleh Friedrich Engels dan Karl Marx. Teori ini menyatakan, bahwa faktor-faktor ekonomi mengontrol semua pola dan institusi di masyarakat. Teori itu banyak dianggap sebagai dasar terbentuknya komunisme. Kemudian, Herbert Spencer mengembangkan sistematika penelitian masyarakat dan menyimpulkan, bahwa perkembangan masyarakat manusia adalah suatu proses evolusi yang bertingkattingkat dari bentuk yang rendah ke bentuk yang lebih tinggi, seperti evolusi biologis. 

Sosiologi berkembang dengan pesat pada abad ke-20, terutama di Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat. Arah perkembangan di ketiga negara tersebut berbeda-beda  karena perkembangan sosiologi di setiap negara dilatarbelakangi oleh kondisi sosial dan sejarah setempat. Di Prancis, Revolusi Prancis dan akibatakibatnya merupakan latar belakang historis bagi usaha-usaha Auguste Comte untuk menjelaskan seluruh sejarah mengenai perubahan sosial dan kemajuan, serta gagasan untuk mengorganisasikan kembali masyarakat. 

Di Inggris, Revolusi industri merusak hubungan sosial tradisional dan menciptakan perpecahan baru dalam struktur sosial. Hal ini merangsang para ahli teori sosial, seperti Herbert Spencer dan Karl Marx untuk mengembangkan penjelasan mengenai masyarakat dan perubahan sosial. Sosiologi pada zaman Comte dan Herbert Spencer masih dipengaruhi oleh aliran filsafat dan psikologi. 

Baru ketika Emile Durkheim untuk pertama kalinya menggunakan metode riset ilmiah dalam mengkaji informasi demografi dari berbagai negara, dan mempelajari hubungan antara angka bunuh diri yang ada di negara-negara itu dengan faktor agama dan status perkawinan, maka sosiologi benar-benar lepas dari pengaruh filsafat. Kajian sosiologi kemudian dilanjutkan oleh Max Weber yang menelaah tindakan manusia dan interaksi sosial. 

Perkembangan sosiologi melalui babak paling dinamis, ketika muncul pemikir-pemikir dari institut penelitian sosial Universitas Frankfurt Jerman yang lebih dikenal dengan Mazhab Frankfurt . Tiga pemikir utama tersebut adalah Max Horkheimer, Theodor. W. Adorno, Herbert Marcuse. Melalui teori kritik yang dikembangkan, Mazhab Frankfurt mencoba menghubungkan pengetahuan dengan praksis kehidupan masyarakat. 

Lebih rinci, upaya menghubungkan pengetahuan dan praksis diteruskan oleh Jorgen Habermas yang mendasarkan pada paradigma komunikasi melalui media massa. Setelah itu, ada beberapa pemikiran baru  tentang sosiologi yang termuka, yaitu difusionisme, fungsionalisme, dan strukturalisme. 
  • Difusionisme ; menekankan pada pengaruh masyarakat individual saling bergantung dan meyakini, bahwa perubahan sosial terjadi karena sebuah masyarakat menyerap berbagai ciri budaya dari masyarakat lain. 
  • b. Fungsionalisme ; memandang masyarakat sebagai suatu jaringan institusiinstitusi, seperti perkawinan dan agama, sehingga perubahan dalam suatu institusi menyebabkan perubahan pada institusi lain. 
  • c. Strukturalisme ; menekankan struktur sosial sebagai sesuatu yang paling berpengaruh dalam masyarakat, dan berpendapat  bahwa peran dan status sosial menentukan tingkah laku manusia. Selama pertengahan tahun 1900-an, perkembangan sosiologi memasuki tahap modern.  
Ciri utama sosiologi modern adalah terjadinya spesialisasi terusmenerus pada bidang ilmu ini. Para sosiolog berpindah dari mempelajari kondisikondisi sosial secara menyeluruh menuju pengkajian kelompok-kelompok khusus atau tipe-tipe komunitas dalam suatu masyarakat, misalnya para pengelola bisnis, para pembuat rumah, geng-geng di jalanan, perubahan gaya hidup, kondisi sosial, perkembangan budaya, pergerakan pemuda, pergerakan kaum wanita, tingkah laku sosial, dan kelompok-kelompok sosial. 

Para ahli sosiologi mengembangkan lebih jauh metode riset ilmiah, penerapan metode eksperimen terkontrol, dan menggunakan komputer untuk meningkatkan efisiensi dalam menghitung hasil survei. Cara-cara penentuan sampel penelitian semakin disempurnakan, sehingga mendukung kesimpulan yang makin terpercaya secara ilmiah. 

Sosiologi lahir di masyarakat barat, sehingga kebanyakan konsepnya berdasarkan realita sosial dari kehidupan masyarakat barat. Pada awalnya, sosiolog Indonesia menjiplak apa adanya pemikiran sosiolog barat, namun setelah disadari, tidak sepenuhnya konsep-konsep barat itu dapat diterapkan di Indonesia. Mulailah kajian sosiologi di Indonesia didasarkan pada realita di Tanah Air.

Sejarah perkembangan pemikiran sosiologi di Indonesia dapat dilihat dari pemikiran para pujangga dan pemimpin Indonesia di masa lalu. Salah satunya adalah Wulang Reh karya Sri Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta yang mengajarkan tata hubungan antara anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan yang berbeda-beda.

Tokoh lainnya, Ki Hajar Dewantara, juga menyumbangkan konsep-konsep mengenai kepemimpinan dan kekeluargaan di Indonesia yang dipraktikkan dalam organisasi pendidikan Taman Siswa. Keduanya membuktikan bahwa unsur-unsur sosiologi sudah ada, meskipun tidak murni sosiologi. Persinggungan masyarakat Indonesia dengan dunia barat, terjadi melalui zaman penjajahan Belanda. 
Pada zaman ini, banyak karya dari sarjana Belanda yang mengambil masyarakat Indonesia sebagai pusat kajiannya, misalnya Snouck Hurgronje, van Vollenhoven, dan Ter Haar yang menulis tentang keadaan sosial di Indonesia saat itu, walaupun demi kepentingan penjajahan. Sekolah Tinggi Hukum ( Rechtchogeschool ) di Jakarta pernah menjadi satu-satunya lembaga perguruan tinggi yang mengajarkan sosiologi di Indonesia sebelum akhirnya dihentikan pada tahun 1934-1935. 
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Prof. Mr. Soenario Kolopaking pertama kali memberikan kuliah sosiologi pada tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik Yogyakarta (sekarang menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada). Beliau memberikan kuliah dalam bahasa Indonesia, hal itu merupakan sesuatu yang baru karena sebelumnya kuliahkuliah diberikan dalam bahasa Belanda. 

Mulai tahun 1950, semakin banyak masyarakat Indonesia yang mempelajari sosiologi secara khusus sebagai ilmu pengetahuan sehingga tidak hanya menjadikan sosiologi semakin berkembang di Indonesia, tetapi sekaligus membawa perubahan dalam sosiologi di Indonesia. Buku-buku sosiologi karya orang Indonesia mulai bermunculan. Antara lain, Mr. Djody Gondokusumo menulis Sosiologi Indonesia (1946), Bardosono (1950) menerbitkan diktat sosiologi, dan Hassan Shadily, M.A. menyusun buku berjudul Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia yang memuat bahan-bahan pelajaran sosiologi modern. 

Kemudian, Major Polak, seorang warga negara Indonesia bekas Pangreh Praja Belanda yang berkesempatan mempelajari sosiologi di Universitas Leiden di Belanda menerbitkan buku berjudul Sosiologi Suatu Pengantar Ringkas , dan Pengantar Sosiologi Pengetahuan Hukum dan Politik (1967). Sebelumnya, muncul karya-karya Selo Soemardjan, di antaranya Social Change in Yogyakarta (1962) yang sebenarnya adalah disertasi Selo Soemardjan saat memperoleh gelar doktor dari Cornell University. 

Isinya tentang perubahan-perubahan sosial di Yogyakarta sebagai akibat revolusi sosial politik pada waktu pusat pemerintahan di Yogyakarta. Selanjutnya, Selo Soemardjan bekerja sama dengan Soelaeman Soemardi menulis buku berjudul Setangkai Bunga Sosiologi (1964). Saat ini semakin banyak sumber belajar sosiologi, bahkan telah ada sejumlah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yang memiliki jurusan sosiologi, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Sebelas Maret, Universitas Hassanudin, dan Universitas Andalas. 

Dari jurusan sosiologi itu, diharapkan sumbangan dan dorongan lebih besar untuk mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di Indonesia untuk kepentingan masyarakat, karena sosiologi sangat diperlukan apabila seseorang ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat, yang selanjutnya dapat dipakai untuk membuat kebijakan yang tepat bagi perkembangan masyarakat.

#2. Objek Kajian Sosiologi

Sosiologi sebagai Suatu Ilmu Seperti yang telah disinggung dalam pembicaraan di atas, sosiologi sebagai disiplin ilmu baru muncul sejak pengkajian masyarakat lepas dari pengaruh filsafat, yaitu sejak Emile Durkheim merintis kajian mengenai realitas sosial dengan menggunakan penelitian ilmiah. Sebagai suatu ilmu, sosiologi tidak lagi mendasarkan pembicaraannya pada dugaan-dugaan, firasat, dan coba-coba. Memang ketiga hal tersebut sering ada benarnya dan bermanfaat, sehingga dianggap sejalan dengan akal sehat (pikiran umum manusia).

Namun, penelitian ilmiah membuktikan bahwa tidak semua hal yang sejalan dengan pikiran umum manusia adalah benar. Misalnya, anggapan dan keyakinan kuat dalam masyarakat Indonesia (Jawa, khususnya) bahwa ‘banyak anak banyak rezeki’. Hasil pemikiran ilmiah terbukti sebaliknya, sebab keluarga yang memiliki banyak anak beban hidupnya semakin besar dan sulit untuk mencukupi kebutuhannya. Emile Durkheim menjelaskan, bahwa objek studi sosiologi adalah fakta atau realitas sosial.

Fakta sosial menurut Durkheim, harus dipelajari melalui kegiatan penelitian. Salah satu realitas sosial adalah kelompok-kelompok dalam masyarakat. Sosiologi mempelajari masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnya. Kelompok yang dibangun manusia dalam kehidupannya di masyarakat dapat berupa keluarga, suku bangsa, komunitas dan pemerintahan, organisasi sosial, organisasi keagamaan, organisasi politik, organisasi bisnis, dan lain-lain.

Tindakan dalam interaksi antarkelompok, asal-usul pertumbuhan kelompok, dan pengaruh kegiatan kelompok terhadap anggotanya juga tidak lepas dari kajian sosiologi. Max Weber berpendapat, bahwa pokok pembicaraan sosiologi adalah tindakan sosial. Tidak semua tindakan manusia tergolong tindakan sosial.

Tindakan yang berorientasi kepada orang lainlah yang termasuk tindakan sosial. Ini berarti, bahwa sosiologi mempelajari interaksi manusia yang satu dengan manusia yang lain (interaksi sosial). Interaksi sosial dapat menyebabkan terjadinya perubahan sosial, sehingga sosiologi juga merupakan kajian mengenai proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Weber berpendirian bahwa hanya individu-individulah yang nyata secara obyektif, dan masyarakat hanyalah satu nama yang menunjuk pada sekumpulan individu-individu. 

Weber juga menambahkan, bahwa seorang individu dan tindakannya sebagai satuan dasar. Pemikiran seperti ini juga tampak jelas pada konsep yang diajukan Karl Marx (1818-1883) yang menganggap bahwa sejarah manusia adalah sejarah perjuangan kelas. Marx berpendapat bahwa akibat kapitalisme, masyarakat Eropa terbagi ke dalam dua kelas, yaitu kelas kaum borjuis yang menguasai semua aset produksi, dan kelas kaum proletar yang miskin dan tertindas. Oleh karena itu, Marx menyarankan agar kaum proletar berjuang untuk mendobrak ketidakadilan melalui sebuah perjuangan untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas. 

Konsep yang senada dengan Weber dan Karl Marx diajukan oleh Joseph S. Roucek dan Roland R. Warren yang mengatakan, bahwa sosiologi mempelajari hubungan antara manusia dengan kelompok-kelompok. Demikian juga dengan William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff yang mengatakan, bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan organisasi sosial. Berdasarkan pandangan-pandangan di atas, Alex Inkeles (1965) memadukan berbagai konsep tersebut, sehingga sosiologi dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan sosial, institusi sosial, dan masyarakat. Semakin lama objek yang dikaji sosiologi semakin meluas, sehingga Pitirim A. 

Sorokin menyatakan bahwa sosiologi mempelajari tiga aspek sebagai berikut:
  • Sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial, misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya. 
  • Sosiologi mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial, misalnya gejala geografis, gejala biologis, dan sebagainya. 
  • Sosiologi juga mempelajari ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial. 
Dua orang sosiolog Indonesia, yaitu Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menjelaskan lebih rinci pemahaman mengenai sosiologi. Menurut mereka, sebagai ilmu kemasyarakatan, sosiologi mempelajari struktur dan proses sosial, termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur pokok dalam masyarakat itu meliputi kaidah-kaidah (norma-norma kemasyarakatan), lembagalembaga, kelompok-kelompok, serta lapisan-lapisan dalam masyarakat.

Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh timbal balik antara kehidupan ekonomi dengan kehidupan politik, antara hukum dengan kehidupan beragama, antara aspek kehidupan beragama dengan masalah ekonomi, dan sebagainya. Sebuah konsep pemikiran lain yang lebih rinci, sehingga membuat kajian sosiologi bersinggungan dengan berbagai cabang ilmu lain disampaikan oleh Hassan Shadily dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Masyarakat Indonesia . 

Di dalam bukunya, Shadily menjelaskan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia yang menguasai kehidupan; dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk dan tumbuh; serta berubahnya perserikatan-perserikatan, kepercayaan dan keyakinan. 

Untuk menganalisis cara hidup dan bergaul manusia perlu dipelajari sifat-sifat biologi manusia, seperti perasaan lapar, sakit, takut, dan kebutuhan seks yang lebih banyak diatur oleh peradaban masyarakat. 

Analisis seperti ini, akhirnya melahirkan cabang-cabang sosiologi menjadi 11, yakni sebagai berikut: 
  1. Kriminologi, mengkaji tindak kriminal dan penyebabnya serta usaha-usaha pengembangan berbagai metode pencegahan kejahatan; 
  2. Demografi, mempelajari bentuk, komposisi dan persebaran populasi manusia; 
  3. Ekologi manusia, mempelajari struktur lingkungan perkotaan dan pola-pola penempatan dan pertumbuhan penduduknya; 
  4. Ekologi politik, mempelajaricara-cara seseorang mendapatkan dan menggunakan kekuasaan dalam suatu sistem politik, termasuk munculnya berbagai gerakan politik; 
  5. Psikologi sosial, mempelajari tingkah laku sosial yang dilakukan oleh individu dan hubungannya dengan individu lain dalam suatu masyarakat; 
  6. Sosiolinguistik, mempelajari cara manusia menggunakan bahasa dalam berbagai situasi masyarakat;
  7. Sosiologi pendidikan, mempelajari dan memahami bagaimana lembaga pendidikan mentransformasikan perilaku budaya dan tradisi masyarakat;
  8. Sosiologi ilmu pengetahuan, mempelajari mitos yang ada dalam masyarakat, pandangan hidup, ilmu pengetahuan dan pengaruhnya terhadap sikap dan tingkah laku; 
  9. Sosiologi hukum, mempelajari hubungan antara hukum formal yang ada di masyarakat dan berbagai pola sosial seperti ekonomi, tradisi budaya dan hubungan keluarga; 
  10. Sosiometri, berhubungan dengan pengukuran secara ilmiah mengenai hubungan antara anggota-anggota kelompok. Alat ukurnya disebut sosiogram, yaitu sebuah diagram yang digunakan untuk menunjukkan keluasan dan kedalaman hubungan masing-masing anggota kelompok; 
  11. Sosiologi urban, mempelajari kondisi dan masalah sosial yang terjadi di kota-kota. Cabang ilmu ini juga mempelajari hubungan ras dan perencanaan kota.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari individu, kelompok, dan institusi yang membentuk masyarakat manusia. Lapangan studi sosiologi mencakup bidang yang sangat luas yang mencakup setiap aspek kondisi masyarakat manusia. Para ahli sosiologi mengamati dan mencatat bagaimana orang berhubungan dengan orang lain serta dengan lingkungan mereka. 

Mereka juga mempelajari formasi kelompok, penyebab-penyebab berbagai bentuk tingkah laku sosial, peran masjid, sekolah, dan institusi lain dalam masyarakat. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan sosial yang memiliki hubungan sangat dekat dengan antropologi, psikologi, dan ilmu sosial lainnya. Banyak studi sosiologi berhubungan dengan sikap, tingkah laku, dan tipe-tipe hubungan dalam masyarakat. 

Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki latar belakang budaya sama dan hidup dalam suatu daerah geografis tertentu. Setiap masyarakat memiliki suatu struktur sosial, yaitu suatu jaringan antarhubungan di antara individu dan kelompokkelompok. Para sosiolog mempelajari berbagai variasi hubungan ini, dengan tujuan menentukan pengaruhnya terhadap keseluruhan fungsi masyarakat. 

Data sosiologi dapat juga membantu menerangkan sebabsebab terjadinya tindak kejahatan, kemiskinan, dan masalah sosial lainnya. Lingkup sosiologi terapan, berhubungan dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk menciptakan solusi bagi masalah sosial. Ruang lingkup objek yang dipelajari dalam sosiologi cukup luas dan beragam. Banyak aspek yang membedakan kondisi sosial secara umum dalam sebuah masyarakat. 

Aspek-aspek inilah yang dikaji oleh sosiologi. Klasifikasi aspek-aspek itu mencakup lima bidang utama, yaitu pengkajian populasi, pengkajian tingkah laku sosial, pengkajian institusi sosial, pengkajian pengaruh budaya, dan pengkajian perubahan sosial. Mengenai kelima aspek ini akan dibahas lebih jelas pada bagian berikutnya.

Demikian sekilas informasi mengenai Kajian Sosiologi Masyarakat di Indonesia saat ini. Semoga bermanfaat, dan jangan lupa share informasi ini kepada rekan-rekan semuanya njeh, salam.

0 Response to "Kajian Sosiologi Masyarakat di Indonesia"

Silakan masukkan komentar Sobat di bawah ini. Komentar di luar topik dan menanamkan link hidup atau mati tidak akan dimunculkan. Terimakasih. Salam